Saturday, July 26, 2025

Tadabbur Surah Al-Qalam Ayat 68:17 hingga 33

- us Zamri Abdul Rahim kuliah Maghrib Sabtu 26-Jul-2025

Tadabbur Surah Al-Qalam Ayat 68:17 hingga 33

Surah Al-Qalam Ayat 68:17 (klik sini)
{ إِنَّا بَلَوۡنَٰهُمۡ كَمَا بَلَوۡنَآ أَصۡحَٰبَ ٱلۡجَنَّةِ إِذۡ أَقۡسَمُواْ لَيَصۡرِمُنَّهَا مُصۡبِحِينَ }

Sesungguhnya Kami telah timpakan mereka dengan bala bencana, sebagaimana Kami timpakan tuan-tuan punya kebun (dari kaum yang telah lalu), ketika orang-orang itu bersumpah (bahawa) mereka akan memetik buah-buah kebun itu pada esok pagi; -

- "ٱلۡجَنَّةِ" al-jannah dlm ayat ini, bukan merujuk kpd syurga, tetapi pemilik kebun.

- Tadabbur atau tafsir Surah Al-Qalam ayat 17 secara umumnya menjelaskan bahwa ayat ini mengisahkan sebuah ujian atau dugaan yang Allah berikan kepada orang-orang Musyrik Makkah, dengan dibandingkan seperti ujian kepada pemilik kebun dari kisah sebelumnya. Mereka bersumpah akan memetik seluruh hasil kebun mereka di pagi hari agar tidak menyisakan sedikit pun untuk orang miskin dan tidak mengucapkan "Insya Allah" dalam sumpahnya sebagai bentuk kepastian tanpa menyandarkan kehendak kepada Allah.

- Makna inti ayat ini adalah bahwa Allah menguji orang-orang kafir Makkah dengan jarahan hasil nikmat yang mereka punya, sama seperti Allah menguji pemilik kebun yang kikir yang diakhiri dengan kehancuran kebun mereka. Mereka berencana memetik dengan keserakahan dan menutup pintu bagi orang-orang yang berkekurangan, namun tidak memperhitungkan ketentuan Allah.

Bagaiamana mereka memiliki kebun² tamar yg menyebabkan mereka menjadi sombong?
  • Kisah pemilik kebun dalam Surah Al-Qalam ayat 17 bermula dari seorang lelaki kaya yang memiliki kebun sangat subur dan luas. Dia dikenal dermawan yang selalu memberikan hasil kebunnya kepada fakir miskin, berharap sifat baik ini diteladani oleh anak-anaknya kelak. Setelah lelaki itu meninggal, kebun diwariskan kepada anak-anaknya yang kemudian berubah menjadi tamak dan kikir.
  • Anak-anak pemilik kebun ingin memetik hasil kebun tanpa menyisakan sedikit pun untuk orang miskin. Mereka berangkat pagi-pagi dengan rencana memetik seluruh kebun agar tidak ada yang meminta, bahkan mereka tidak mengucapkan "Insya Allah", yang menunjukkan kesombongan, keangkuhan, dan tidak bergantung kepada kehendak Allah.
  • Namun, pada pagi hari itu kebun tersebut terkena bencana dari Allah, semua hasil memetik hancur dan kebun menjadi rusak binasa. Mereka sangat terkejut dan menyesal ketika melihat kebun yang sudah musnah, menyadari kesalahan mereka karena keserakahan dan lupa mengingati Allah.

Surah Al-Qalam ayat 68:19 (klik sini)
{ فَطَافَ عَلَيۡهَا طَآئِفٞ مِّن رَّبِّكَ وَهُمۡ نَآئِمُونَ }

Maka kebun itu didatangi serta diliputi oleh bala bencana dari Tuhanmu (pada malam hari), sedang mereka semua tidur.

Apakah bentuk bencana yang ditimpakan oleh Allah ke atas pemilik kebun itu?
  • Beberapa tafsir menyebutkan bahwa kebun tersebut diliputi bencana dari Allah pada malam hari ketika mereka tidur, sehingga pada pagi hari kebun menjadi musnah dan hitam, seolah terbakar, menyebabkan semua buah dan hasil kebun tidak boleh dipetik lagi. Ini merupakan bentuk azab dan peringatan atas kesombongan dan sikap tamak para pemilik kebun yang menghalangi orang miskin mendapatkan bahagiannya.

Carian internet:
Asbabul nuzul (sebab turunnya) Surah Al-Qalam ayat 17 berkaitan dengan peristiwa Perang Badar dan sikap orang-orang musyrik Makkah, khususnya Abu Jahal. Riwayat dari Ibnu Abi Hatim dan Ibnu Juraij menyebutkan bahwa saat Perang Badar, Abu Jahal berkata agar menangkap dan mengikat Nabi Muhammad dan para pengikutnya dengan tali tanpa membunuh mereka, menunjukkan keyakinan orang musyrik bahwa mereka akan menang dan berkuasa penuh terhadap kaum muslimin. Ayat ini turun sebagai peringatan dan perumpamaan tentang ujian Allah terhadap orang-orang musyrik tersebut, yang disamakan dengan ujian kepada pemilik-pemilik kebun yang sombong dan menganggap kebun mereka tak tergoyahkan yang akhirnya mengalami kehancuran (karena kesombongan dan keangkuhan mereka).

Jadi, ayat ini turun untuk menggambarkan kesombongan/keangkuhan Abu Jahal dan kaum musyrik Makkah yang merasa berkuasa, seperti para pemilik kebun yang dikisahkan dalam ayat tersebut, yang akhirnya mendapat azab dari Allah karena kesombongan dan penolakan mereka kepada kebenaran.

No comments:

Post a Comment