- us Azhar Tuarno Kuliah Suboh Sabtu 17-Mei-2025
Tawaduk
Tawaduk secara bahasa bermakna rendah hati, merendahkan diri, atau bersikap lemah lembut tanpa kesombongan. Dalam konteks tafsir dan pemahaman Islam, tawaduk adalah sikap hati yang sangat penting dimiliki oleh seorang mukmin ketika mendekatkan diri kepada Allah, beribadah, dan berinteraksi dengan sesama manusia.
Maksud Tawaduk menurut Imam Bukhari
Imam Bukhari, selain dikenal sebagai pengumpul hadis shahih, juga menekankan nilai-nilai akhlak dalam kitab-kitabnya, termasuk sikap tawaduk. Dalam beberapa riwayat dan penjelasannya, tawaduk dimaknai sebagai:
- Merendahkan diri di hadapan Allah: Mengakui kebesaran dan keagungan Allah serta menyadari kelemahan diri sendiri.
- Tidak sombong dan angkuh: Menjauhi sifat riya’, ujub, dan merasa lebih baik dari orang lain.
- Berperilaku lemah lembut dan santun dalam perkataan dan tindakan, baik kepada Allah maupun sesama manusia.
Sikap hati yang ikhlas dan penuh kerendahan saat beribadah dan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam Tafsir Al-Qur’an
Tawaduk juga sering disebut dalam tafsir ayat-ayat Al-Qur’an, misalnya dlm surah Al-Hijr ayat 15:88 (klik sini)
{ لَا تَمُدَّنَّ عَيۡنَيۡكَ إِلَىٰ مَا مَتَّعۡنَا بِهِۦٓ أَزۡوَٰجٗا مِّنۡهُمۡ وَلَا تَحۡزَنۡ عَلَيۡهِمۡ وَٱخۡفِضۡ جَنَاحَكَ لِلۡمُؤۡمِنِينَ }
Janganlah engkau menujukan pandanganmu (serta menaruh hati) kepada nikmat kesenangan yang kami berikan kepada beberapa golongan di antara mereka (yang kafir itu) dan janganlah engkau merasa dukacita terhadap mereka (kerana mereka tidak beriman dan tidak dapat menguatkan Islam sebagaimana yang engkau harapkan); dan sebaliknya hendaklah engkau merendah diri kepada orang-orang yang beriman (sekalipun mereka dari golongan fakir miskin).
Imam Bukhari dalam kitab-kitab hadisnya menegaskan bahawa tawaduk adalah bagian dari iman yang sempurna dan menjadi ciri khas orang-orang yang bertakwa.
Surah Al-Furqan ayat 25:63 (klik sini)
{ وَعِبَادُ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلَّذِينَ يَمۡشُونَ عَلَى ٱلۡأَرۡضِ هَوۡنٗا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ ٱلۡجَٰهِلُونَ قَالُواْ سَلَٰمٗا }
Dan hamba-hamba (Allah) Ar-Rahman (yang diredhaiNya), ialah mereka yang berjalan di bumi dengan sopan santun, dan apabila orang-orang yang berkelakuan kurang adab, hadapkan kata-kata kepada mereka, mereka menjawab dengan perkataan yang selamat dari perkara yang tidak diingini;
Surah Al-Maidah ayat 5:50 (klik sini)
{ أَفَحُكۡمَ ٱلۡجَٰهِلِيَّةِ يَبۡغُونَۚ وَمَنۡ أَحۡسَنُ مِنَ ٱللَّهِ حُكۡمٗا لِّقَوۡمٖ يُوقِنُونَ }
Sesudah itu, patutkah mereka berkehendak lagi kepada hukum-hukum jahiliyah? Padahal - kepada orang-orang yang penuh keyakinan - tidak ada sesiapa yang boleh membuat hukum yang lebih pada daripada Allah.
Kemuliaan:
Kemuliaan sejati adalah sifat hati dan keimanan, bukan sekadar kedudukan duniawi atau keturunan:
- Kemuliaan Kerana Taqwa (Ketaatan kepada Allah)
Surah Al-Hujurat ayat 49:13 (klik sini)
{ يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقۡنَٰكُم مِّن ذَكَرٖ وَأُنثَىٰ وَجَعَلۡنَٰكُمۡ شُعُوبٗا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓاْۚ إِنَّ أَكۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَىٰكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٞ }
Wahai umat manusia! Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari lelaki dan perempuan, dan Kami telah menjadikan kamu berbagai bangsa dan bersuku puak, supaya kamu berkenal-kenalan (dan beramah mesra antara satu dengan yang lain). Sesungguhnya semulia-mulia kamu di sisi Allah ialah orang yang lebih taqwanya di antara kamu, (bukan yang lebih keturunan atau bangsanya). Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, lagi Maha Mendalam PengetahuanNya (akan keadaan dan amalan kamu).
Ayat ini menegaskan bahwa kemuliaan di sisi Allah bukan kerana ras, suku, atau status sosial, melainkan kerana ketakwaan, yaitu keadaan hati yang sadar dan taat kepada Allah.
No comments:
Post a Comment