Sunday, October 19, 2025

Jangan Bersangka Buruk Kepada Allah

- us Dr Mohamed Sabir bin Jamaludin kuliah Suboh Ahad 19-Okt-2025

Corak Pemikiran: Jangan Bersangka Buruk Kepada Allah 

Surah Al-Hadid ayat 57:22 (klik sini)
{ مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٖ فِي ٱلۡأَرۡضِ وَلَا فِيٓ أَنفُسِكُمۡ إِلَّا فِي كِتَٰبٖ مِّن قَبۡلِ أَن نَّبۡرَأَهَآۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٞ }

Tidak ada sesuatu kesusahan (atau bala bencana) yang ditimpakan di bumi, dan tidak juga yang menimpa diri kamu, melainkan telah sedia ada di dalam Kitab (pengetahuan Kami) sebelum Kami menjadikannya; sesungguhnya mengadakan yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.

- Ayat ini menyatakan bahawa tidak ada musibah yang menimpa bumi mahupun diri manusia, baik berupa penyakit, kelaparan, atau penderitaan, kecuali semuanya sudah tertulis secara terperinci dalam sebuah kitab sebelum Allah menciptakan makhluk dan memulai kehidupan. Ini menunjukkan bahawa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini, termasuk musibah dan bencana, telah ditentukan dan diukur oleh Allah sebelumnya (qada dan qadar).

Setiap yang menimpa manusia tidak terjadi secara kebetulan, melainkan telah diatur oleh Allah, dan catatan ini ada dalam Lauh Mahfuz (Kitab yang terpelihara). Semua kejadian sudah pasti terjadi sesuai dengan takdir yang telah Allah tetapkan sebelum penciptaan. Bahkan hal-hal kecil seperti luka atau penyakit yang menimpa seseorang pun termasuk bahagian dari ketetapan ini dan terjadi atas kehendak Allah.

- Jangan bersangka buruk kpd Allah
Surah Yusof ayat 12:100 (klik sini)
{ وَرَفَعَ أَبَوَيۡهِ عَلَى ٱلۡعَرۡشِ وَخَرُّواْ لَهُۥ سُجَّدٗاۖ وَقَالَ يَٰٓأَبَتِ هَٰذَا تَأۡوِيلُ رُءۡيَٰيَ مِن قَبۡلُ قَدۡ جَعَلَهَا رَبِّي حَقّٗاۖ وَقَدۡ أَحۡسَنَ بِيٓ إِذۡ أَخۡرَجَنِي مِنَ ٱلسِّجۡنِ وَجَآءَ بِكُم مِّنَ ٱلۡبَدۡوِ مِنۢ بَعۡدِ أَن نَّزَغَ ٱلشَّيۡطَٰنُ بَيۡنِي وَبَيۡنَ إِخۡوَتِيٓۚ إِنَّ رَبِّي لَطِيفٞ لِّمَا يَشَآءُۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلۡعَلِيمُ ٱلۡحَكِيمُ }

Dan ia dudukkan kedua ibu bapanya (bersama-samanya) di atas kerusi kebesaran. Dan setelah itu mereka semuanya tunduk memberi hormat kepada Yusuf. Dan (pada saat itu) berkatalah Yusuf: "Wahai ayahku! Inilah dia tafsiran mimpiku dahulu. Sesungguhnya Allah telah menjadikan mimpiku itu benar. Dan sesungguhnya Ia telah melimpahkan kebaikan kepadaku ketika Ia mengeluarkan daku dari penjara; dan Ia membawa kamu ke mari dari desa sesudah Syaitan (dengan hasutannya) merosakkan perhubungan antaraku dengan saudara-saudaraku. Sesungguhnya Tuhanku lemah-lembut tadbirNya bagi apa yang dikehendakiNya; sesungguhnya Dia lah yang Maha Mengetahui, lagi Maha Bijaksana.

- Ibnu Kathir menjelaskan bahwa ayat ke100 surah Yusof ini menegaskan realisasi takdir dan kebenaran janji Allah di kala Nabi Yusuf yang tertindas dan dipenjara dianugerahi kemuliaan serta keluarganya dibawa dari padang gurun ke Mesir. Allah menunjukkan kelembutan dan kebijaksanaan dalam mengatur kejadian, meskipun ada fitnah dari setan yang memecah belah keluarga Yusuf.

Kaitan ayat ini dengan konsep qada dan qadar (ketetapan dan takdir) adalah bahawa segala peristiwa yang dialami Yusuf dari penindasan, pemenjaraan, hingga naik mulia dan bertemunya keluarga merupakan ketetapan Allah yang berlaku dengan hikmah dan ilmu-Nya. Allah Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana dalam mengatur segala rahasia dan skenario kehidupan.

Secara keseluruhan, tafsir ayat ini menjelaskan bahwa segala sesuatu yang terjadi pada Nabi Yusuf dan keluarganya sesuai dengan ketetapan Allah yang telah benar-benar diwujudkan, dan hal ini menuntut pada penyerahan diri kepada takdir-Nya serta menunjukkan kebijaksanaan Allah mengatasi fitnah dan perpecahan demi kebaikan dan kehormatan hamba-Nya.

- Allah menetapkan qadar ujian bagi setiap manusia. Tujuan ujian yang diberikan adalah menilai tahap keimanan, sabar dan syukur.

- Ibnu Kathir bersama para ulama menegaskan bahwa menolak qada dan qadar berarti tidak percaya kepada sifat ilmu dan kehendak Allah serta pengetahuan-Nya yang sempurna atas seluruh kejadian. Mereka yang tidak beriman pada qada dan qadar dianggap mengingkari bagian penting dari keimanan, seperti mengingkari kitab Allah dan Rasul-Nya, sehingga mereka "sesat dengan kesesatan yang amat jauh."

- Salahuddin Al-Ayubi
- Dia dilahirkan pada tahun 1137-1138 di Tikrit, Iraq, dalam keluarga Kurdish yang tergolong dalam dinasti dan tokoh terkemuka wilayah itu. Ayahnya, Najmuddin Ayyub, merupakan penguasa dan pembantu penting dalam dinasti Zengid. Keluarga ini kemudian berpindah banyak kali, termasuk ke Baalbek di Lebanon, dan Salahuddin muda mendapatkan pendidikan dan latihan ketenteraan serta teologi di Damaskus.

Pada tahun 1169, Salahuddin diutus oleh penguasa Dinasti Zengid bersama bapa saudara (Syirkukh) ke Mesir untuk membantu pertahanan mengatasi serangan tentera Salib dan berperang dalam pemerintahan Dinasti Fatimiyah yang saat itu sedang melemah. Setelah kematian penguasa Fatimiyah terakhir, Salahuddin berhasil menjadi wazir Mesir dan pada 1171 menghapuskan Khilafah Fatimiyah, menyatakan kesetiaan kepada Khilafah Abbasiyah dan menyatukan Mesir di bawah pengaruhnya.

Keluarga Salahuddin, termasuk ayah dan kerabatnya, ikut serta dalam sokongan pentadbiran, ketenteraan, dan politik kuat untuk membangun pengaruhnya di Mesir dan wilayah sekitarnya. Keberhasilan ini menjadikan Salahuddin pemerintah Mesir yang kuat, yang kemudian meluas penguasaannya hingga wilayah Syam dan memimpin umat Islam dalam perang melawan pasukan Salib.

Kisah ini menampilkan bagaimana Salahuddin membawa keluarganya bersama dalam perjalanan sejarah besar, memimpin Mesir dari pengaruh Fatimiyah menuju pemerintahan Sunni yang berstruktur dan kuat, dalam rencana Allah yang menentukan takdir dan kejayaan yang diraih melalui usaha dan takdir Ilahi.

Salahuddin dan keluarganya datang ke Mesir sebagai bahagian dari misi strategik yang diperintahkan penguasa Zengid, kemudian mengambil alih pemerintahan Mesir, membangun dinasti Ayubiyyah dengan dukungan keluarganya, dan memimpin Mesir menjadi pusat kekuatan Islam pada ketika itu.

- Jangan tanya apa yg manusia kata, tetapi fikirkan apa yg Allah akan tanya apa yg kita telah lakukan.

- Motivasi dan corak pemikiran yang diajarkan oleh Rasulullah saw kepada para sahabat berkaitan dakwah sangatlah luhur dan ikhlas. Rasulullah mendidik para sahabat dengan akhlak mulia, kasih sayang, serta keteladanan yang tinggi, sehingga mereka tidak memikirkan faedah duniawi yang boleh diperoleh, melainkan semata-mata melaksanakan dakwah sebagai amanah dari Allah SWT. 
  • Rasulullah mengajarkan bahwa dakwah adalah jihad dan pengorbanan demi tegaknya kebenaran dan petunjuk Allah.

Jika para sahabat fikirkan faedah utk mereka, mereka boleh shj tinggalkan Madinah dan tinggalkan kerja dakwah.

Para sahabat terbimbing untuk menyatukan cita-cita dan harapan mereka dengan Rasulullah, rela berjuang bersama, mengalami susah dan senang bersama, bahkan sanggup berkorban nyawa demi menyebarkan Islam. Rasulullah menunjukkan sikap rendah diri, kasih sayang, dan perhatian secara langsung kepada para sahabat sehingga mereka merasa dekat dan terpanggil untuk mengikuti setiap ajaran dan teladan baginda.

Corak pemikiran yang ditanamkan adalah untuk mengutamakan ketaatan kepada Allah dan Rasul, mengharap pahala akhirat, dan tidak mengharapkan keuntungan duniawi. Dalam dakwah, mereka fokus pada keikhlasan, sabar, dan tawakal tanpa rasa takut atau mengharap balasan dunia. Hal ini menjadikan mereka generasi terbaik yang sanggup menghadapi segala rintangan dan kesusahan semata-mata untuk menegakkan agama Allah dengan penuh keimanan dan keteguhan hati.


Nota Kuliah:
  • Corak Berfikir, us Dr Mohamed Sabir bin Jamaludin, 17-Ogo-2025 (klik sini)

No comments: