- us Nor Azam Abdullah kuliah Suboh Sabtu 4-Okt-2025
Sahabat Rasulullah: Salamah bin Al-Akhwak
- Salamah bin al-Akhwak adalah seorang sahabat Nabi Muhammad saw yang dikenal sebagai prajurit infanteri terbaik dan memiliki keberanian luar biasa. Ia berasal dari Bani Aslami dan memiliki nama lengkap Salamah bin Amr bin al-Akwa’. Dia digelar sebagai Abu Muslim, dan Abu Iyas.
- Salamah terkenal dengan keahliannya dalam menombak dan berlari sangat cepat, hinggakan Rasulullah saw bersabda bahawa di antara orang yang berjalan kaki, sebaik-baiknya adalah Salamah bin al-Akwa’. Ia mampu mengejar musuh yang menunggang kuda meskipun dirinya berjalan kaki.
- Salamah ikut serta dalam tujuh (7) peperangan bersama Nabi dan sering menunjukkan keberaniannya menghadapi musuh, termasuk menangkis serangan dan mengejar pencuri unta Nabi. Ia juga dikenal dermawan, tidak pernah menolak orang yang meminta, dan sangat setia dalam membela Islam.
- Salamah turut serta dalam Baiat Ridwan, yang merupakan baiat penting di bawah pohon Samurah saat perjanjian Hudaibiyah, dan dia membaiat Rasulullah tiga kali dalam baiat tersebut.
- Ia meninggal pada tahun 74 H di Madinah dalam usia sekitar 80 tahun, dikenang sebagai pahlawan yang pemberani dan setia dalam perjuangan Islam bersama Rasulullah saw.
- Semasa mengambala kambing, kambingnya kecoh kerana adanya serigala. Salamah dapati seekor serigala sedang makan seekor kambingnya. Dia kejar dan bergelut dgn serigala itu dan berjaya mengambil kambingnya. Tiba² serigala itu berkata (bertanya) kpdnya, mengapa diambil kambing yg mana itu adalah rezeki yg Allah berikan kpdnya. Serigala itu berkata lagi peliknya ada seorg Nabi yg mengajak manusia menyembah Allah, tetapi engkau (Salamah) tidak mematuhinya. Salamah kemudiannya ke Madinah dan mencari Rasulullah saw utk memeluk Islam.
- Peristiwa besar melibatkan Salamah:
Pd tahun ke6 hijrah, Rasulullah saw mendapat mimpi masuk ke Mekah. Baginda kemudianya maklumkan kpd para sahabat dan membuat rombongan umrah, bersama 1,400 org jemaah.
- Ketibaan baginda Rasulullah dan para sahabat dihalang oleh kafir Quraisy Mekah.
- Baginda Rasulullah saw utuskan Abdul Rahman bin Auf sebagai utusan utk berunding.
- Kafir Quraisy tawarkan kpd Abdul Rahman utk lakukan umrah seorg diri, tetapi Abdul Rahman menolak tawaran itu dan mengatakan dia hanya akan lakukan umrah bersama Rasulullah saw.
- Kafir Quraisy menawarkan tempat tinggal kpd Abdul Rahman dlm tempoh rundingan 3 hari itu.
- Oleh kerana Abdul Rahman tidak pulang, ada desas-desus mengatakan dia telah dibunuh oleh kafir Quraisy. Baginda Rasulullah saw mengumpulkan para sahabat dan berbaiah (baiatul Ridhwan) kpd baginda bersedia utk berperang dgn kafir Quraisy.
- Keistimewaan Salamah (dalam peristiwa ini) adalah dia dipanggil oleh Rasulullah 2 kali selepas baiahnya dgn Rasulullah, menjadikan dia melakukan 3 kali baiah.
- Kisah Salamah bin Al-Akhwak menghalang unta Rasulullah saw dicuri
Kisah terkait rompakan unta Rasulullah oleh sekelompok orang Bani Fazarah atau Bani Ghathafan bermula saat unta peliharaan Nabi digembalakan di daerah bernama Ghabah, sekitar 8 km dari Madinah.
- Pada pagi hari, sekitar tujuh hari sebelum Perang Khaibar, sekelompok 40 orang bersenjata dan berkuda dari Bani Fazarah datang merompak unta-unta tersebut dan membunuh penggembala unta Nabi.
- Pada saat itu, Salamah bin Al-Akwa’, sedang kebetulan berada di sekitar situ. Ia menyaksikan rompakan itu, lalu naik ke atas bukit dan berteriak sekuat tenaga agar warga Madinah mendengar dan tahu kejadian ini.
- Salamah kemudian mengejar para perompak sambil melepaskan anak panah ke arah mereka, dan berhasil membuat mereka panik sehingga banyak perompak meninggalkan mantel dan tombak miliknya.
- Salamah terus mengekori mereka sampai mereka terpaksa berhenti untuk berehat dan makan di sebuah tempat bernama Tsaniyyatul Wada.
- Salamah bin Al-Akhwak semasa zaman saidina Usman bin Affan ra
Ketika khalifah Saidina Usman bin Affan dibunuh pada tahun 35 Hijrah, terjadi suasana kacau dan penuh ketegangan di Madinah.
- Salamah bin Al-Akhwak, dikisahkan memilih untuk mengasingkan diri. Ia merasa sedih dan berat dengan peristiwa tragis tersebut serta ketidakstabilan yang melanda umat Islam setelah pembunuhan khalifah.
- Keputusan Salamah untuk mengasingkan diri ke tempat lain bukan kerana ia berpihak kepada pemberontak atau bermusuhan, melainkan sebagai bentuk ketenangan dan menahan diri dari keterlibatan dalam konflik politik yang memecah belah umat.
- Salamah, yang terkenal sebagai sahabat yang berpegang teguh pada prinsip dan kesetiaan pada Nabi serta para khalifah, lebih memilih memencilkan diri agar terhindar dari fitnah dan kerusuhan yang berkepanjangan.
- Pengasingan ini juga mencerminkan sikap kebijaksanaan Salamah dalam menghadapi masa sulit tersebut, menunjukkan bahwa tidak semua sahabat yang hidup waktu itu terlibat langsung dalam konflik bahkan ada yang memilih sikap waspada dan menjaga diri agar tidak memperburuk keadaan.
- Kematian Salamah bin Al-Akhwak
Salamah bin al-Akhwak meninggal dunia di kota Madinah pada tahun 74 Hijrah pada usia sekitar 80 tahun.
- Setelah menghabiskan sebahagian besar hidupnya berjuang dan berdakwah bersama Rasulullah saw dan para sahabat lainnya, Salamah mengasingkan diri ke Rabdzah setelah peristiwa yang menyakitkan, termasuk kematian saudaranya di peperangan.
- Suatu ketika, hatinya rindu untuk kembali ke Madinah, lalu ia melakukan kunjungan singkat selama satu hingga dua hari. Pada hari ketiga berada di Madinah, Salamah wafat.
- Kisah ini menggambarkan betapa tanah Madinah yang suci menjadi tempat yang sangat ia cintai dan akhirnya memanggilnya untuk kembali bersama para sahabat dan para syuhada yang saleh yg disemadikan di sana.
- Kisah kewafatan saidina Umar Al-Khattab
Saidina Umar Al-Khattab dibunuh oleh seorang budak Majusi bernama Abu Lu'lu'ah pada tahun 23 Hijrah (sekitar 644 Masehi).
- Abu Lu'lu'ah yang juga dikenal sebagai Abu Luk Luk adalah seorang tawanan dan penyembah api (Majusi).
- Pada suatu hari saat Saidina Umar memimpin solat Subuh di Masjid Nabawi, Abu Lu'lu'ah memasuki masjid membawa pisau bermata dua dan menikam Saidina Umar sebanyak enam kali, satu di antaranya mengenai perutnya yang menyebabkan beliau terluka parah.
- Setelah menikam, Abu Lu'lu'ah berusaha melarikan diri melewati saf-saf solat, dan dalam pelariannya ia menikam beberapa sahabat yang berusaha menangkapnya, akhirnya menewaskan sekitar sebelas sampai tiga belas sahabat.
- Namun akhirnya ia tertangkap oleh Abdullah bin 'Auf az-Zuhri yang menariknya sampai jatuh ke lantai.
- Melihat tidak ada jalan keluar dan sudah terkurung, Abu Lu'lu'ah kemudian membunuh dirinya sendiri dengan menggunakan pisau yang ada di tangannya.
- Saidina Umar hidup beberapa hari dalam kondisi kritikal kesan luka tikaman tersebut dan wafat tiga hari kemudian. Sebelum meninggal, beliau berwasiat agar jasadnya dikuburkan di samping Rasulullah saw di Masjid Nabawi.
- Kisah saidina Umar Al-Khattab mohon minta izin saidiatina Aisyah utk dikebumikan disebelah kubur Rasulullah
Kisahnya bermula ketika Umar bin Khattab yang tahu ajalnya sudah dekat meminta kepada anaknya, Abdullah bin Umar, untuk pergi bertanya kepada Saidatina Aisyah ra agar memohon izin kebumikan jenazah Umar di sebelah makam Nabi Muhammad saw dan Abu Bakar As-Siddiq.
- Umar memerintahkan anaknya ie Abdullah menyampaikan salam dan permintaan agar jenazahnya dapat dimakamkan di sana setelah beliau wafat. Abdullah pun pergi ke rumah Aisyah, meminta izin untuk memakamkan jenazah bapanya di sebelah makam baginda Rasulullah saw.
- Aisyah yang sedang menangis mendengarnya berkata bahawa dia memang juga menginginkan tempat itu sebagai makamnya kelak, tetapi hari itu dia mengalah demi Umar. Aisyah mengizinkan jenazah Umar dimakamkan di situ.
- Setelah Abdullah kembali ke rumah, Umar bertanya tentang izin dari Aisyah. Abdullah menjawab bahwa Aisyah telah mengizinkan. Umar pun bersyukur, lalu mewasiatkan agar jenazahnya dibawa ke situ dan jika diberikan izin maka dimasukkan ke makam di sebelah Nabi, tapi jika tidak diizinkan maka makamkan di tanah perkuburan kaum Muslimin.
- Selepas Umar meninggal, jenazahnya dibawa ke rumah Aisyah, Abdullah bin Umar mengucapkan salam dan meminta izin seperti wasiat bapanya. Aisyah mengizinkan, sehingga jenazah Umar bin Khattab dimakamkan di sebelah makam Rasulullah SAW dan Abu Bakar As-Siddiq, seperti izin dari Saidina Aisyah ra.
No comments:
Post a Comment